KABARPEMUDA.id – Tradisi Kliwonan menjadi agenda rutin masyarakat Desa Kertajaya Kecamatan Bongas Kabupaten Indramayu.
Malam Jumat Kliwon merupakan malam yang sangat di nanti-nanti dan penuh dengan kegembiraan.
Karena pada hari tersebut dipercaya merupakan hari yang keramat.
Tradisi kliwonan merupakan sebuah upacara yang dilakukan pada setiap neptu Jumat Kliwon.
Masyarakat Desa Kertajaya Kecamatan Bongas Kabupaten Indramayu, mempercayai bahwa hari Jumat Kliwon di anggap sakral.
Sehingga muncul nilai akulturasi antara nilai spritual itu sendiri dengan manusia dalam beragama.
Adanya akulturasi kemungkinan disebabkan faktor hubungan timbal balik antara Islam dengan budaya lokal.
Kuwu Desa Kertajaya, Warkani mengatakan Kliwonan adalah tradisi malam Jumat Kliwon untuk mengenang jasa leluhur dan nenek moyang yang telah membangun wilayah Desa Kertajaya.
“Tradisi Kliwonan di desa Kertajaya sebagai tradisi turun temurun yang dilakukan dari dahulu hingga saat ini. Bagi masyarakat Kertajaya malam Jumat Kliwon sangat dinanti dengan penuh kegembiraan,” ujar dia.
Tradisi Kliwonan awalnya untuk mengenang leluhur masyarakat Kertajaya, khususnya para orang tua yang sering melakukan semedi.
Dalam Tradisi Kliwonan juga berupa ngalap berkah atau mencari berkah, kini Kliwonan lebih mengutamakan dzikir, tahmid dan diisi dengan tausiyah, terang warkani, pada Kamis ( 28/3/2024 ).
“Islam memadukan budaya islam sendiri dengan budaya Jawa yang kemudian melahirkan kebudayaan baru tanpa meninggalkan budaya lama. Salah satu kebudayaan masyarakat adalah malam Jumat Kliwon, agama islam memasukkan ritual yang berwujud doa-doa, ziarah kubur, pengadaan yasinan, bersih benda pusaka dan sebagainya” ungkap Warkani.
Dikatakan Warkani, maka dari itu, karena ritual ini dilakukan pada malam Jumat Kliwon maka disebut dengan budaya Kliwonan.
Setelah mengetahui tentang tradisi kliwonan sebagai bentuk dari akulturasi budaya islam di bahwa tradisi ini sampai sekarang masih banyak dilakukan oleh masyarakat desa khususnya Kertajaya.
Hal tersebut, dapat dilihat dari ramainya makam-makam saat jumat kliwon, pengadaan slametan dan jamasan pusaka bagi masyarakat yang mempunyai keris, kliwonan ini sangat bermakna bagi masyarakat Jawa sebagai ciri dari kearifan lokal itu sendiri. (Uri Damuri)***