IWOI Kota Bandung Harus Jadi Pembuat Sejarah Sebagai Jurnalis Terpercaya

Sachrial, Dewan Pembina DPP IWOI Jawa Barat dalam Talkshow yang bertema Kaleidoskop 2022 Kekerasan Terhadap Wartawan Kamis (29/12/2022)

KABARPEMUDA.id—Acara Pelantikan Pengurus IWOI Kota Bandung, berlangsung pada Kamis (29/12/2022) di RM. Ponyo Malabar Bandung. Dalam kesempatan itu juga diisi dengan Talk Show bertajuk “Kaleidoskop 2022, Kekerasan Terhadap Wartawan”.

Imam Sya’fei terpilih sebagai Ketua IWOI yang šah telah dilantik Ketua Umum IWOI, NR. Icang Rahadian, pada sambutannya, Icang mengharapkan bahwa IWOI Kota Bandung akan membuat sejarah pada keberlangsungan IWOI di Bandung, dan menjadi jurnalis terpercaya, setia pada Pancasila adalah harga yang tak bisa ditawar-tawar.untuk šetiap jurnalis terpercaya yang tergabung bersama IWOI.

Bacaan Lainnya

Sementara Ketua terpilih Imam Sya’fei mengatakan IWOI adalah wadah berhimpun untuk para wartawan, memperjuangkan kesejahteraan, melindungi wartawan dan memerangi berita hoaks.

“Melalui IWOI kita akan bersama-sama memperjuangkan kesejahteraan serta adanya perlindungan profesi wartawan, dan yang paling penting kita sama-sama memerangi hoaks,” ungkapnya.

Talkshow

Sebelum acara pelantikan pengurus IWOI Kota Bandung, acara dimulai dengan Talkshow yang mengusung tema “Kaleidoskop 2022, Kekerasan Terhadap Wartawan” didaulat sebagai narasumber adalah Dewan Pembina DPP IWOI Jabar Sachrial.

Dia mengawalinya dengan menyetel lagu Metallica “Notting Else Matter” yang disambut audien penuh gelora dalam mendengar musik cadas era 90-an itu.

Bukan tanpa alasan, Sachrial ingin mengajak para wartawan/ jurnalis mendalami makna dibalik lirik lagu Metallica ini, menurutnya lagu ini dinilai sangat relevan dengan profesi Wartawan.

“Contonya dalam lirik “every day for us something new, Open mind for a different view” itulah clue-nya, bahwa šetiap hari bagi kita adalah sesuatu yang baru, membuka pikiran untuk pandangan yang berbeda,” jelasnya.

Sahrial juga mengungkapkan, bahwa Eleanor Roosevelta dan Bilo Keane mengatakan bahwa, kemarin adalah sejarah, besok adalah misteri dan hari ini adalah hadiah dari Tuhan. Jurnalis terkenal The Washington Post, Phil-G pun mengatakan jurnalis sebagai “first rugi draga of history” “bahan baku utama draft sebuah sejarah”.

Pekerjaan jurnalis adalah merekam peristiwa penting,menghasilakan artikel, berita dengan tenggat waktu singkat dalam situasi dibawah tekanan, untuk yang pertama menulis tentang peristiwa itu.”as the first” itulah yang kemudian menjadi sejarah, menjadi awal dari peristiwa.

Sachrial menjelaskan bahwa kata jurnalis dekat dengan kata “press” itu artinya menunjuk arti “tekan menekan” Sementara kata “news” yang berarti berita. News-lah yang membuat new-new semakin banyak.

Ringkasnya, jurnalis sangat dekat kata “press” dan “new” suatu profesi yang sangat dekat dengan “tekan menekan” dan kata “new” sesuatu yang baru.

“Journalist is Press, itu sudah bawaan dari sananya harus diterima dan harus dihadapi,” katanya.

Lebih dalam Sachrial mengupas tentang sejarah The Times. Koran harian pertama “The Times” di London terbit pertama 1 januari 1785, sekitar 237 tahun lalu itu, kini masih bertengger.  John Walter sebagai pendiri koran itu, dalam kehidupan yang terjal, karena kesungguhan dan keyakinan yang dia miliki dan harus berhadapan dengan jeruji tahanan pada tahun 1789 dan divonis 1 tahun.

Beliau tak gentar dengan jeruji hingga pada akhirnya vonis untuknya ditambah 2 tahun. Pasal yang dikenakannya adalah pasal pencemaran nama baik, tak tanggung yang dicemarkannya Panggeran Frederik Augustus, anak kedua dari Raja Inggris Goerge III,  yang pada saat itu sang Panggeran menjabat sebagai Panglima Militer. Ia dikenal sebagai sahabat Napoleon dalam menjajah benua afrika.

Menurutnya, dapat dibayangkan jurnalis  pendiri koran  pertama masuk penjara di-presskan oleh sang Panglima. Lantas setelah keluar penjara apakah langsung kapok? Tidak, dia semakin menggila.

“Karena apa? Karena keyakinan dan kesungguhan. Sampai kini Koran itu tetap berjaya,” terangnya.

Dalam pandangan lain, Sachrial juga menceriterakan pers di Indonesia. Menurutnya, kita punya contoh yang sama seperti John Walter, beliau adalah Alarhum Buya Hamka, yang terkenal dengan tulisan-tulisan tajam. Namun demikian pernah dipenjarakan pula pada rezim Soekarno. Pada akhir hayatnya Soekarno pula lah yang meminta Buya Hamka untuk menyolatkannya.

Sebuah contoh, pembuktian bahwa apa yang ditulisnya bukanlah sesuatu yang subjektif berdasar kebencian tapi demi amar ma’ruf nahi munkar. Tulisan beliau tajam seperti pedang beliaupun masuk penjara tapi tak membuat dendam dan kendor dalam menulis dan menekan. Membuat sesuatu yang baru, bahkan beliau mensyaratkan pamimpin itu harus bisa menulis seperti wartawan dan berpidato seperti orator. Karya-karya beliau tidak mati terus hidup.

Aturan Perlindungan Wartawan

Berkaitan dengan tajuk talkshow, kaleidoskop 2022 kekerasan terhadap  Wartawan di Indonesia tidak ditemukan. Akan tetapi yang ditemukan release yang disampaikan rekan-rekan PEC (Press Emblem Campaign).

Menurutnya, tahun 2022, diseluruh dunia jurnalis yang menjadi korban meninggal dunia dalam menjalankan tugasnya tercatat ada 115 orang.  Amerika Latin 39 orang, 17 Mexico, Ukrania 34 orang, 8 orang jurnalis, asia 30 orang, afrika 7 orang, Amerika Utara 2 orang dan Eropa 2 orang.

Sementara rekor tertinggi kriminalisasi jurnalis yang dipenjara dari 533 di RRC ada sakitar 110 orang. Modus standarnya perilaku standart partai komunis,hobinya memanjarakan orang memberangus yang berbeda.

Maka, karena kita hidup di Indonesia yang berdasar pada Ideologi Pancasila tentu akan jauh dari itu.  Semua telah di atur oleh Dewan Pers tentang penanganan kasus kekerasan terhadap Wartawan, kemudian ada MoU Dewan Pers dan Kapolri 16/3/2022 soal penanganan tindak pidana, serta MoU Dewan Pers-Kompolnas 3/2/2021 soal indikasi kriminalisasi.

“Jadi kita tak perlu khawatir atas segala kriminalisasi dan kekerasan terhadap wartawan, sebab ada aturan yang melindungi kerja-kerja Wartawan,” jelasnya.

Maka menurutnya, wadah IWOI adalah sebagai ruang dan benteng kita semua dari upaya segala kekerasan yang akan ditujukan pada insan press. Lagi pula negara kita bukan negara komunis RRC, walau kereta dan infrastrukturnya telah masuk secara masif pada relung-relung dan nadi-nadi kita.

In Syaa Allah ada IWOI yang Akan selalu šetia pada NKRI dan Pancasila,” pungkasnya.***

Pos terkait