Sosialisasi STOPAN Jabar, Kader Motekar Sumedang Sambangi Kampus SMP Negeri 1 Cimalaka Sumedang

KABARPEMUDA.id– Kader Motivator Ketahanan Keluarga (Motekar) Kabupaten Sumedang menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Stop Perkawinan Anak Jawa Barat (STOPAN) kepada siswa-siswi untuk memberikan edukasi tentang perkawinan anak dibawah umur pada lingkungan sekolah.

Yayah Komariah selaku Kader Motekar Kabupaten Sumedang mengatakan, Hari ini pihaknya sebanyak tujuh orang, dari kader motekar Sumedang mendatangi ke SMPN 1 Cimalaka untuk mensosialisasikan program STOPAN JABAR,

Bacaan Lainnya

“Stopan jabar ini adalah kepanjangan dari Stop Perkawinan Anak Jawa Barat. Berdasarkan informasi dan laporan bahwa di Jawa Barat ini pernikahan anak sangatlah tinggi,” kata Yayah di SACI KUAT Kampus Pelangi Rabu, (9/8/2023).

Jadi untuk meminimalisir terjadinya perkawinan anak, lanjut Yayah, makanya pihaknya blusukan datang ke sekolah- sekolah untuk bisa mensosialisasikan agar tidak ada terjadinya perkawinan anak-anak Jawa Barat.

“Kami berupa menekan angka perkawinannya agar bisa menurun,” ujarnya.

Adapun kegiatan ini sasarannya adalah ada anak- anak SD, SMP dan SMA/SMK.

Dengan harapan, mudah-mudahan dengan adanya sosialisasi STOPAN JABAR ini bisa menurunkan angka perkawinan anak di Jawa Barat. Selain itu juga anak-anak punya kekuatan, termotivasi untuk tidak terjerumus dengan pergaulan bebas serta tidak bisa bebas menggunakan medsos.

“Karena pada saat ini terjadinya perkawinan anak karena adanya pergaulan yang bebas,” ungkapnya.

Kepala SMP Negeri 1 Cimalaka Enung Titin Agustikawati mengatakan, bahwa hari ini pihaknya kedatangan dari Tim Motekar Kabupaten Sumedang, yang memberikan Sosialisasi kepada anak-anak kami tentang stopan jabar (Stop Perkawinan Anak Jawa Barat).

“Jadi mereka anak-anak kami ini, diberikan pengarahan sosialisasi Cegah Perkawinan dini, yang tujuannya untuk mengetahui bahwa perkawinan dini ini tidak baik bagi mereka,” tutur Enung.

Harapannya, lanjut Enung, dengan adanya sosialisasi seperti ini, anak-anak kami faham bahwa perkawinan dini itu tidak baik.

“Mudah-mudahan, tidak ada lagi perkawinan dini diantara anak-anak di Jawa Barat ini. Yang penting sekolah dulu, mapan dulu baru bisa menikah,” pungkasnya.

Pos terkait