KABARPEMUDA.ID –– Guru Besar? Itulah gelar akademik tertinggi yang diberikan kepada seorang pendidik. Raihan gelar guru besar atau Profesor ini sudah barang tentu menjadi bidikan semua kaum pendidikan yang sudah mumpuni di bidang ilmunya dan dapat digapai sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan pemerintah.
“Guru besar menjadi rujukan ilmu pengetahuan,” kata Profesor Dr. H. Dudang Gojali, M.Ag saat berbincang perihal posisi gelar guru besar d dunia kampus.
Dalam pandangan Kang Dudang, seseorang sudah berhasil menyabet guru besar bukan berarti mentok dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Pasalnya, posisi ilmu pengertahuan dan cara berpengetahuan senantiasa dinamis. Artinya, fenomena ini sebagai penanda bawa guru besar tidak boleh berhenti berkarya memproduksi ilmu.
“Justeru setelah menjadi guru besar bebannya semakin berat. Seorang guru besar harus serba besar dalam berbagai aspek kehidupan,” ujar Kang Dudang.
Beban seseorang yang sudah meraih titel guru besar demikian Kang Dudang, pada prinsipnya beban yang dipikulnya pun semakin besar.
Seorang guru besar harus besar dalam pengetahuannya, harus besar dalam kearifannya, juga harus besar dalam memproduksi karya ilmiahnya.
Guru besar yang besar dalam menghasilkan karya ilmiah sudah barang tentu kontribusi kegurubesaraanya sangat besar bagi kehidupan masyarakat.
“Kita harus takut oleh gelar guru besar yang disandang. Integritas keilmuan kita akan diuji, termasuk kontribusinya kepada mahasiswa, dosen, masyarakat dan negara. Guru besar harus benar-benar besar,” imbuhnya sembari tersenyum.
Kehadiran guru besar di perguruan tinggi tak terkecuali di fakultas memiliki peran utama. Keunggulan sebuah perguruan tinggi termasuk fakultas bukan hanya ditentukan oleh gedungnya yang megah dan fasilitas yang lengkap. Akan tetapi, kontribusi keilmuan para guru besar sangat menentukan kredibiltas perguruan tinggi tersebut.
“Di sinilah guru besar berperan sebagai pilar penting penyokong keunggulan sebuah perguruan tinggi dan fakultas,” tandas Dekan FEBI UIN SGD Bandung ini.
Prof Dudang pun tak menepis jika di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang dipimpinnya peran guru besar sangat penting. Setidaknya dengan adanya guru besar di fakultas dapat mengatasi berbagai persoalan khususnya di bidang ekonomi baik secara mikro maupun makro.
Tantangan terbesar bagi fakultas termasuk guru besar adalah menjadi solusi dalam menghadapi dan mengatasi persoalan besar berupa kesenjangan ekonomi dan pengetahuan ekonomi.
“Kehadiran empat guru besar di FEBI, Insya Allah mampu meminimalisasi persoalan besar, dan menjadikan fakultas semakin besar,” pungkas Kang Dudang. (Dono Darsono)***