Terjebak Kata “Pangeran” Pj Bupati Sumedang Mohon Maaf

KABARPEMUDA.id– Sangat disayangkan, apa yang terjadi menimpa Pj Bupati Sumedang, Herman Suryatman. Melalui surat undangan penting, dilayangkan yang isinya menggugat akibat “keseleo lidah” saat acara Haol Pangeran Sugih 23 September 2023 lalu.

Rukun Wargi Sumedang (RWS) tak terima, jika Pj Bupati Sumedang itu mensejajarkan mantan Bupati, Dony Ahmad Munir dan Wakil Bupati Sumedang, Erwan Setiawan dengan gelar sakral “Pangeran Dony dan Pangeran Erwan”.

Bacaan Lainnya

Akibatnya, Rabu 27 September 2023 ini, RWS akan menggelar dengar pendapat dengan DPRD kabupaten Sumedang. Selain materi tersebut, ada beberapa poin yang hendak mereka pertanyakan pula, seperti; Pelantikan Sang Maha Prabu, Kaidah SPBS dan fungsinya sesuai Perda nomor 1 tahun 2020, dan mempertanyakan adanya Keraton Sumedang Larang yang notabene hasil produk hukum tersebut.

Dengan permohonan klarifikasi dari RWS tersebut, maka mereka (Kamandalaan) akan menggelar diskusi bersama di Aula Gedung DPRD kabupaten Sumedang.

Ikhwal Pangeran

Sejatinya, kata Pangeran menurut Wikipedia, adalah gelar bagi keturunan laki-laki (utamanya anak laki-laki) dari penguasa monarki (raja, sultan, kaisar). Gelar ini juga dapat merujuk kepada penguasa monarki yang tingkatannya berada di bawah raja dan sultan.

Tentunya, tatkala dalam jejak digital berupa potongan video berdurasi 1.17 menit itu, saat Pj Bupati Herman mengungkapkan tentang Sosok Pangeran Baru di Sumedang, sungguh benar-benar salah. Meskipun saat itu, posisinya sebagai seorang orang nomor satu di Sumedang.

Menanggapi hal itu, Pj Bupati Sumedang itupun telah melakukan klarifikasi melalui rilis yang disebarkan oleh Ketua PWI Sumedang, Ade Hadeli.

“Saya menyampaikan pernyataan itu dalam konteks keberlanjutan kepemimpinan pada acara haul Pangeran Sugih. Saya sampaikan bahwa pada masa lalu Sumedang memiliki pemimpin yang membanggakan seperti Pangeran Sugih, Pangeran Kornel dan Pangeran Mekah. Kita harus mengambil spirit dari kepemimpinan Pangeran Sumedang serta mengadaptasikannya dengan tantangan masa kini,” katanya.

“Jadi kata ‘Pangeran’ tersebut disampaikan dalam konteks kepemimpinan untuk menggugah rasa (memotivasi), bukan pengertian sebenarnya sebagai gelar keturunan raja,” ungkap Herman di Sumedang, melalui Rilis yang di share di WAG.

Malah, dalam rilis klarifikasi itu, Pj Bupati menyepertikan istilah Pangeran yang dimaksudnya, seperti Pangeran Biru dan Cadas Pangeran.

Nah, dalam konteks kalimat Pangeran baru Sumedang saat ini, ia mentasbihkan jika Dony dan Erwan layak diberikan gelar Pangeran yang disampaikan dalam sambutannya di acara Haul Pangeran Sugih.

Dalam klarifikasinya, Herman menegaskan tidak ada maksud membanding-bandingkan antara kepemimpinan para Pangeran Sumedang dengan kepemimpinan masa kini, tetapi mempersandingkan. Karena hakekat kepemimpinan adalah estafet keberlanjutan dan perbaikan terus-menerus (continuous improvement).

“Jangan sampai kita terjebak pada romantisme masa lalu. Haul Pangeran Sugih, harus kita tempatkan sebagai media untuk mendo’akan, serta momentum untuk mengambil spiritnya sebagai bekal bagi peningkatan kualitas kepemimpinan masa kini dan ke depan,” kata Herman dalam rilis itu.

Mohon Maaf 

Atas kekhilafan itu, Herman menyampaikan permohonan maaf. “Apabila ada salah paham atas pernyataan ‘Pangeran’ tersebut, dari lubuk hati terdalam saya menyampaikan permohonan maaf. Sebagai Penjabat Bupati Sumedang, saya tidak punya maksud lain kecuali memotivasi dan menginspirasi masyarakat agar kita mampu meneladani kepemimpinan Pangeran Sumedang,” pungkasnya.

Setidaknya, dengan klarifikasi apa yang Pj Bupati Sumedang itu sampaikan, menjadi cerminan bagi siapa saja untuk bisa memahami makna sebuah kata.

Ketersinggungan adalah hal wajar, semoga tak berlarut. Dan, ini bukanlah konflik yang harus jadi penghambat gerak laju pembangunan Sumedang saat ini.

Sebagai Pj Bupati Sumedang, Herman telah meminta maaf dengan tulus melalui rilisnya dan tentunya Sang Bijak mengingatkan untuk berhati-hati dalam bertutur, makna sebuah kata bisa berdampak dan menjebak.

Toh, di era digital semacam saat ini makna sebuah kata dapat dicari dalam mesin penelusuran lazim kita sebut Mbah Google.***

Pos terkait