Menulis Itu Obat Kegelisahan

Oleh: Jejep Falahul Alam

Ketika kegelisahan menyelimuti hati dan pikiran, kita sering terjebak dalam siklus rumination yang tak berujung.

Perasaan cemas yang berlebihan, atau anxiety, dapat menguasai pikiran kita.

Di tengah turmoil emosional ini, menulis dapat berfungsi sebagai catharsis yang efektif.

Cobalah ungkapkan perasaan kita melalui tulisan. Tulislah kata demi kata, kalimat demi kalimat, dan biarkan kegelisahanmu menemukan jalan keluar melalui untaian kata.

Aktivitas ini dikenal dengan expressive writing,  dalam studi psikologi telah terbukti membantu mengurangi gejala depresi dan kecemasan.

Menulis juga bukan hanya sekadar merangkai kata, namun bentuk terapi yang ampuh, atau dikenal sebagai bibliotherapy.

Proses menulis memungkinkan kita merangkum perasaan dan pikiran, menyusun kembali fragmen-fragmen pengalaman hidup menjadi narasi yang penuh makna.

Tulisan yang dihasilkan bisa menjadi alat refleksi, atau self-reflection tool, untuk mengevaluasi kembali peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.

Di sini, kita dapat mencari insight dan hikmah yang terkandung di dalamnya.

Seperti halnya para alim ulama terdahulu, yang meninggalkan karya-karya kitab yang bermanfaat bagi generasi dulu dan sekarang.

Kita pun dapat mengikuti jejak langkah mereka, dengan meninggalkan warisan tulisan yang bernilai dan tulisan yang inspiratif.

Ini bisa menjadi legasi yang berharga bagi keluarga maupun orang lain yang membacanya.

Ingat, kegelisahan yang kita rasakan saat ini mungkin akan dirasakan oleh orang lain, baik di masa kini maupun di masa mendatang.

Oleh karena itu, tulisan kita diupayakan dapat menjadi sumber experiential learning dan kekuatan, untuk menerangi jalan yang gelap gulita, dalam kasus yang serupa yang mungkin orang lain alami.

Setidaknya ada beberapa langkah yang perlu diingat ketika tulisan yang memberikan inspirasi.

Jika ada data empiris atau data statistik penunjang lainnya, maka integrasikan dalam tulisan.

Apalagi bila ada aturan atau nasihat, seperti kalam ilahi, hadis nabi atau regulasi selipkan.

Termasuk kutipan bijak dari tokoh-tokoh ternama.

Masukan pesan tersebut untuk memperkuat argumentasi tulisan, untuk memastikan pembaca merasakan kredibilitas dari apa yang kita tulis.

Resep berikutnya, konsistensi menulis. Menuangkan ide dan gagasan memerlukan motivasi dan disiplin. Tanpa keduanya, sulit menjadi penulis yang produktif.

Karena manusia terkadang merasa lelah dan bosan, terutama ketika banyak dirundung masalah berat. Pada kondisi ini, kita harus memaksa diri untuk tetap menulis.

Sedikitnya, mendokumentasikan atau memotret apa yang terjadi pada diri kita.

Sehingga tulisan ini menjadi kebiasaan yang teragendakan. Jika ini terus di asah, maka kemampuan menulis kita akan semakin tajam.

Bagi penulis pemula, menulis mungkin terasa sulit. Bagaimana menangkap ide dan gagasan, memulai tulisan dari mana, atau melanjutkan kalimat yang sudah ada seringkali membingungkan.

Tenang, itu hal yang biasa dialami oleh orang baru terjun ke dunia tulis-menulis. Kuncinya adalah belajar terus menerus. Perbanyak praktek menulis tema apapun yang anda kuasai.

Jangan lupa untuk memiliki mentor atau guru yang akan membimbing anda menulis. Bimbingan ini ibarat latihan renang atau silat, di mana bagi setiap seseorang perlu suhu yang membimbing.

Perlu ditekankan, kemahiran menulis itu tidak bisa instan, memerlukan proses yang cukup panjang.

Jika diumpamakan mirip perkembangan manusia, dari bayi hingga dewasa. Ada proses lahir, berguling, merangkak, berjalan hingga berlari.

Masukan berikutnya, rajin membaca. Bagaimana kita bisa meningkatkan kemampuan menulis kita, jika tidak rajin membaca karya orang lain?

Melalui banyak membaca, kita dapat menambah wawasan dan pengetahuan, sehingga ini dapat menjadi nutrisi maupun vitamin bagi penulis pemula.

Tak hanya itu, dengan banyak membaca, secara tak langsung ini mengajarkan kita bagaimana orang lain membuat tulisan itu lebih hidup dan memancarkan emosi pembaca.

Jangan lupa tulislah tulisan yang kita buat secara komprehensif. Menulislah dengan kajian dari berbagai sudut pandang.

Agar apa yang kita tulis memberikan edukasi dan pencerahan bagi pembaca. Pastikan juga apa yang kita tulis substansial, bukan sekadar tulang, tapi tulisan yang banyak dagingnya.

Tentunya masih banyak tips menulis lainnya, yang bisa diperoleh dari buku atau diskusi dengan penulis sukses.

Dengan begitu, kita bisa belajar banyak dan menimba ilmu dari mereka, yang mungkin tidak didapatkan di bangku kuliah. Tapi dari pengalaman pribadinya.

Kesimpulannya, menulis tak hanya mengatasi kegelisahan diri sendiri, namun juga memberikan manfaat bagi orang lain. Seperti pepatah mengatakan, “Kata-kata yang baik adalah seperti obat bagi jiwa.”

Jadikan tulisanmu sebagai panacea bagi hati yang gelisah, dan biarkan inspirasi dan motivasi yang terkandung di dalamnya menjadi cahaya bagi orang lain yang membacanya. Semoga.***

Penulis adalah Pengurus PWI Provinsi Jawa Barat

Pos terkait